Rabu, 29 Oktober 2008

Yang Terputus

Adakah lagi altar yang tersisa
di langit yang sebentar lagi
akan runtuh ini?
Masih sudikah kau hai kekasih
menantiku diajal maut yang tak mau
lagi bersimpuh dalam gerbang pujian?
oooo...wahai jiwa yang kalut
datang dan pergilah kau!
tanpa pernah kembali,
sayangku, aku masih menunggu
tuhanku, yang raib
ketika digdaya
menjadi hantu
Alangkah pedihnya!

Cinta yang hilang

sungai yang temaram di suatu sore
itukah sepenggal kata yang kau sebut musik?
sedangkan hiruk pikuk para nelayan
berebut sirip ikan masih saja
bertebaran di relung-relung hati?
Aku benar-benar tak tahu,
dimana jiwa yang terpasung dimatamu
seperti bara
memerah dalam gelora
jiwa yang membahana

kawanku, masih sempatkan kau lihat
buliran air mata yang tak lagi bisa menitik
akibat keringat yang menelan mereka
selalu
di pagi dan petang
waktu sungai yang temaram
semakin menggigil ditelan malam

Senin, 22 September 2008

Mencari Jalan

Ketika semua telah lalu
dan segala daya tertumpahkan
disana,
masih menunggu sebuah senyum
penawar hati luka

Walau tahun menapak pedas
tempa di besi riuhkan ringkikan
kuda pedati menuju pasar
disana,
masih menunggu mawar
memetik madu di dalamnya

Wahai sang kelana,
masuklah ke dekap Izzati

Munajat Cinta














Menarik bayangan seribu malam
pada pertapaanku bulan yang berseri
raih segala angan
dan mercu suar yang menari
kelap-kelip seperti bintang
mungkinkah terengkuh?

Ya, Bilal di padang haus
kaukah itu yang menyeruku
bersujud kembali di altar
pujaan?

Seribu malam
dimana kunang-kunang
menyisir tiap jariku
menengadah di kehadapanMu
masukilah aku
dengan rohMu
Laila Naharik!